Indonesia Akan Krisis Air



     Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, alhamdulillah jumpa lagi dengan saya di blog ini tentunya. Bagaimana pendapat kalian jika Indonesia mengalami krisis air di tahun 2025?. Bagaimana jika itu benar-benar terjadi?, apa yang menyebabkan Indonesia akan mengalami krisis air?. Baiklah dalam post saya kali ini, saya akan menjelaskannya. Agar kita semua dapat menjaga ketersediaan air bersih untuk generasi selanjutnya.
   
     Forum Air Dunia (World Water Forum) II di Den Haag pada Maret 2000 sudah memprediksikan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2025. Penyebab utama fenomena tersebut adalah kelemahan dalam pengelolaan air, contohnya pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan makin menekan kemampuan alam dalam menyuplai air. Derajat kelangkaan air makin meningkat, sedangkan pertumbuhan penduduk yang pesat disertai pola hidup yang makin menuntut penggunaan air secara berlebihan makin menambah tekanan terhadap kuantitas air. Bagi masyarakat kota yang memiliki daya beli terhadap air cukup memadai tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan air.

     Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Departemen Pertanian di Bogor belum lama ini mengungkapkan bahwa masyrakat juga memanfaatkan air bawah tanah (ground water) dengan menggunakan pompa dan sangat jarang memikirkan dampak penurunan tinggi muka air bawah permukaan serta intrusi air laut.

     Petani di daerah irigasi juga tidak pernah kebingungan selama fasilitas air irigasi tersedia di saluran. Padahal, tidak jarang saluran irigasi kering saat musim kemarau. Namun, sebaliknya saat banjir pikiran tertuju kepada upaya penyelamatan diri dan bagaimana menyurutkan kelebihan air. Masyarakat tidak berpikir panjang untuk menyimpan kelebihan air tersebut agar dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Sepertinya masyarakat memang terdidik untuk tidak memahami sumberdaya air yang makin langka. Indonesia berada diurutan ke-5 diantara negara-negara yang kaya akan air, yaitu setelah Brazil, Rusia, Cina, dan Kanada. Hal itu tercermin juga pada potensi ketersediaan air permukaan, terutama yang dari sungai. Menurut data di Departemen Pekerjaan Umum (PU) potensi ketersediaan air permukaan rata-rata 15.000 m³/kapita/tahun, jauh melebihi rata-rata potensi dunia yang hanya 600m³/kapita/tahun.

     Namun, jumlah yang berlimpah itu ketersediannya sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Di Pulau Jawa yang jumlah penduduknya mencapai 65% dari total penduduk Indonesia, potensi air tawarnya hanya tersedia 4,5% dari potensi nasional. Faktanya, jumlah ketersediaan air di Pulau Jawa yang mencapai 30.569,2 juta m³/tahun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh penduduknya. Hal itu berarti di pulau yang terpadat penduduknya itu selalu mengalami defisit, paling tidak hingga tahun 2015. Kondisi tersebut akan terus meningkat jika tidak ada upaya konservasi dan efisiensi dalam pemanfaatannya.

     Demikian juga di wilayah lain, meskipun pada tahun yang sama masih tergolong surplus, secara umum kelebihan air terus menurun, kecuali Papua dan Maluku. Ketersediaannya pun sangat berfluktuasiantara musim hujan dan musim kemarau. Sebagai contoh, data di Departemen PU menunjukkan pada musim hujan debit air di Ci Manuk mencapai 600 m³/detik, tetapi pada musim kemarau hanya 20 m³/detik. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kritis Kebutuhan air makin membengkak seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, apalagi dibarengi dengan beragam kebutuhan yang menuntut sumber daya air dalam jumlah banyak, misalnya untuk kebutuhan keluarga, irigasi, penggelontoran, energi, dan rekreasi.

     Akan tetapi, ironisnya DAS sebagai fungsi penyangga atau resapan makin jauh dari angan-angan karena sebagian besar rusak. Hal itu karena terjadinya alih fungsi lahan di daerah penyangga, makin luasnya lahan kritis, makin meluasnya DAS kritis, dan makin merajalelanya penebangan liar di areal penyangga.

     Berubahnya fungsi DAS adalah awal dari hilangnya air melalui aliran permukaan  padahal seharusnya dapat dikonservasi. Namun, faktanya adalah meningkatnya defisit air di wilayah kekurangan air dan menurunnya ketersediaan air di daerah surplus air. Mengeringnya kantong-kantong air di daerah cekungan di kawasan DAS adalah indikasi nyata dari makin hilangnya fungsi hidrologis DAS.

1 komentar:

👍 penjelassannya mudah dimengerti, dan bermanfaat untuk menambah wawasan. Trimakasih ,


EmoticonEmoticon